Hari sudah sore, ketika bentrokan antara petugas keamanan dan Komite Aksi Buruh Tangerang (KABUT) terjadi. Runtutan peristiwanya sendiri berjalan dengan sangat cepat: bermula dari robohnya pagar Pemkot Tangerang, kemudian Polisi menembakkan gas air mata. Dalam situasi yang gelap oleh asap dan mata pedih itulah, Satpol PP dan aparat kepolisian dengan membagi buta memukuli peserta aksi. Beberapa orang dilarikan ke rumah sakit akibat tragedi di Jum`at sore itu.
Kejadian itu memang sudah berlalu. Tepatnya dalam sebuah aksi menolak kenaikan harga BBM yang dilakukan buruh Tangerang beberapa waktu yang lalu. Aksi yang sama, juga dilakukan serentak oleh kaum buruh lain di seluruh Indonesia. Sebut saja Bekasi. Puluhan ribu buruh di kawasan industri keluar dari pabrik-pabrik untuk menyerukan penolakan mereka terhadap kenaikan harga BBM.
Meskipun sudah berlalu, namun kejadian itu akan tetap terkenang. Bukan tentang pedihnya terkena gas air mata. Tetapi lebih kepada dampak yang ditimbulkan dari kenaikan BBM itu sendiri. Akibat kenaikan itu, daya beli buruh menurun hingga 30 persen.
“Untuk itu, kami akan memperjuangkan kenaikan upah minimum pada 2014 sebesar 50 persen,” ujar Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Said Iqbal di Jakarta, Selasa (16/7/2013), seperti dikutip seruu.com.
Besarkah kenaikan itu?
Tidak juga. Masih menurut Said Iqbal, kenaikan upah sebesar 50 persen tetap membuat nilai upah buruh indonesia lebih kecil dari upah buruh Filipina, Malaysia, Thailand, India, Brazil dan hanya sedikit diatas upah buruh Vietnam dan Kamboja.
Oleh karena itu, lanjut dia, serikat pekerja mengajak pengusaha dan pemerintah agar lebih baik mendiskusikan bagaiamana cara menaikan produktivitas seiring kenaikan upah 50 persen tersebut, dan mengurangi biaya siluman atau “overhead costs” daripada menolak kenaikan 50 persen yang telah memiskinkan dan menurunkan daya beli buruh.
Diluar upah, serikat pekerja juga tengah memperjuangkan implementasi jaminan kesehatan seluruh rakyat per 1 Januari 2014, bukan bertahap hingga 2019 dengan jumlah peserta PBI sebanyak 156 juta orang.
Bilamana pemerintah tidak mengapresiasi usulan ini, serikat pekerja akan melakukan pemogokan umum di seluruh wilayah Indoensia. Ditegaskan, bahwa perjuangan serikat pekerja menggunakan strategi: Konsep – Lobi – Aksi. Tidak asal bunyi. Jika dialog selalu berakhir dengan hasil yang mengecewakan, pilihannya adalah dengan melakukan serangan langsung ke jantung industry. Melumpuhkan sendi-sendi perekonomian negara.
Tentu kita semua tidak menghendaki pemogokan umum sampai terjadi. Oleh karena itu, sekali lagi kita menghimbau kepada pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk tidak lagi menganggap aspirasi kaum buruh hanyalah sekedar basa-basi. Sudah berkali-kali buruh membuktikan, jika aspirasi mereka diabaikan, segala ancaman yang pernah dilontarkan bukanlah sekedar gertak sambal: dengan sepenuh hati kami akan membuktikannya. (kascey)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar